Biografi Pengusaha Sukses Sablon Kaos Tanpa Modal Penghasilan Puluhan Juta perbulan
By muhammadsyuaib15@yahoo.com - 06:24
Nama saya Muhammad Syuaib lahir di Dusun Teamate, 10 Februari 1993 di sebuah desa kecil bernama Desa Pallantikang yang terletak di Kec. Pattallassang Kab. Gowa, saya adalah anak pertama dari 4 orang bersaudara. Saya di besarkan di tengah-tengah keluarga yang sangat sederhana, Ayah saya hanya seorang petani yang menggarap sawah beberapa petak dan terkadang bekerja sebagai Buru Lepas di sebuah Pekuburan Cina di daerah kami, Ibu saya hanya seorang Ibu Rumah Tangga. Dari kecil saya telah di ajarkan untuk taat beribadah, jujur, amanah terhadap tanggung jawab, saya di bekali pendidikan yang memadai ditengah-tengah kesulitan yang mereka hadapi, banyak anak sebaya saya yang menganggur padahal orang tua mereka lebih mampu di bandingkan dengan orang tua saya. Setiap Saat orang tua saya mengatakan “Pendidikan Itu bukan untuk bekerja, tapi untuk mendapatkan ilmu, kalua kamu menjadi orang yang berilmu Maka derajat Kamu akan berbeda dengan Orang lain yang tidak memiliki Ilmu, kalua Kamu Punya Ilmu Pekerjaan apa saja kamu bisa dapatkan, uang Gampang masuk”.
Awalnya saya tidak tau berbisnis seperti
sekarang, tapi sepertinya karakter bisnis saya mulai ada sejak SMA, saya suka
menjadi perantara kalua ada teman yang mau jual alat-alat eletronik seperti HP
dll, saya kadang mendapatkan imbalan untuk jasa perantara saya. Pada tahun 2015
disaat itu saya adalah mahasiswa telat selesai pada sebuah perguruan tinggi
Negeri di makassar, saya masuk kuliah pada tahun 2009 Jurusan Bahasa Dan Sastra
Inggris dan selesai pada penghujung Tahun 2016. Disaat itu saya merasa bahwa
kewajiban orang tua saya telah selesai untuk membayar uang semester saya,
karena telah lewat dari target mahasiswa pada umumnya, akhirnya saya berfikir
untuk mandiri, saya memutuskan untuk meninggalkan rumah dan tinggal di sebuah
secretariat organisasi (Himpunan Mahasiswa Islam HMI) yang terletak tidak jauh
dari Kampus, saya juga meninggalkan Kendaraan yang di belikan oleh orang tua saya, karena
adik-adik saya lebih membutuhkannya.
Satu
tahun saya tinggal bersama saudara-saudara se organisasi, saya hidup dari
mereka kalau mereka makan saya juga ikut makan , kalau saya mau kekampus saya
minta tumpangan pada teman-teman atau terkadang jalan kaki kekampus menempuh
perjalanan kurang lebih 1 atau 2 kilo jarak antara secretariat tempat tinggal
saya dengan kampus tempat saya menuntut ilmu.
Pada penerimaan
mahasiswa baru tahun 2014 saya berfikir untuk menjual perlengkapan mahasiswa
baru sperti Sapu, Kemoceng, Tempat Sampah, kain pel, dll. Bersama Salah seorang
teman baik saya memulai melakukan komunikasi ketoko grosiran, bertanya harga
barang yang kami butuhkan untuk di jual, setelah mendapatkan harga kami mulai
menghitung berapa total modal yang kami butuhkan dan total modal yang di
butuhkan sangat besar untuk mahasiswa sperti kami yaitu Rp. 8.000.000, angka
yang sangat besar kami mulai bingung mau dapat modal dari mana. Akhirnya teman
saya mulai menelpon kakaknya untuk meminjam modal sebesar Rp. 4.000.000., saya
juga mulai menelpon orang tua saya walaupun saya yakin orang tua saya tidak
memiliki uang sebesar Rp. 4.000.000., orang tua saya menyampaikan niat saya
kepada om yang tinggal tepat didepan rumah kami di kampung, om saya mengatakan
saya punya uang tapi saya butuk untuk bayar material yang saya sudah pesan pada
hari kamis mendatang. Hari itu adalah hari sabtu tepat saya menelpon mereka,
saya memberanikan diri untuk meminjam modal dan berjanji mengembalikan pada
hari kamis mendatang karena penjualan perlengkapan mahasiswa baru pada hari
senin dan selasa.
Dengan banyak
kendala untuk menjual perlengkapan mahasiswa baru, saat itu ada info bahwa, menjual
perlengkapan mahasiswa baru di dalam kampus itu dianggap PUNGLI atau Pungutan
Liar sangsinya adalah D.O, tapi berkat bantuan senior-senior kami bisa menjual perlengkapan di depan pintu
gerbang Kampus selama 2 hari.
Keuntungan yang
saya dapatkan dari menjual perlengkapan mahasiswa baru saat itu adalah Rp.700.000,
beranjak dari uang Rp. 700.000 yang saya miliki saya mendatangi seorang teman
karib saya yang profesinya selain mahasiswa dia juga sebagai tukang sablon kaos,
saya menyampaikan niat saya untuk belajar buka usaha percetakan kaos, “mau
dapat apa dengan uang segini” tutur teman saya, “apa yang di dapat aja lah bro”
ujar saya. Ditemanilah saya ke beberapa toko yang menjual perlengkapan sablon
baju kaos.
Berbekal teori
dari 2 orang guru Jatol dab Rama Saya belajar
nyablon kaos dari orderan pertama saya sebanyak 20 pcs alhamdulilla gagal 4 Pcs
. namun saya tidak menyerah, hingga akhirnya saya bisa nyablon sendiri.
Pada tahun 2015
saya sudah bisa ngontrak sebuah rumah seharga Rp. 10.000.000 Sebuah rumah
sederhana yang terletak dipinggiran ibu Kota kabupaten Gowa, saya sudah bisa
melengkapi sedikit demi sedikit alat-alat percetakan yang saya butuhkan, penghasilan
rata-rata di tahun 2015 masih sangat nihil masih berkisar Rp. 4.000.000 – Rp. 5.000.000
/ bulan. sedikit demi sedikit saya saya mulai membenahi internal usaha saya,
saya mulai mencoba untuk menerima karyawan sebanyak 2 orang dengan gaji
1.000.000/ bulan.
Pada tahun 2018
saya sudah bisa menempati sebuah ruko 2 lantai yang beralamat di jalan Abdul Muthalib
Dg narang Kabupaten gowa, dengan 3 orang karyawan. penghasilan kurang lebih Rp.
10.000.000 – Rp. 15.000.000 / bulan.
Pada akhirnya
saya bisa menyimpulkan bahwa sebuah bisnis di bangun bukan dengan modal materi
(uang) walaupun modal materi tersebut adalah sebuah kubutuhan utama, namun
modal yang paling penting adalah niat dan kemauan keras. Management sebuah
usaha akan terbentuk sendiri seiring terbentuknya pola bisnis para pelakunya.
Note :
Sebuah Pekerjaan yang bagus adalah pekerjaan yang dikerjakan
bukan yang terlalu banyak di fikirkan. jadi mari berfikir satu kali dan
melangkah 1000 kali.
ini adalah percetakan saya tahun tahun 2015